Postingan

Menampilkan postingan dari Mei, 2024

2020?

Gambar
(gambar ini didapat ditahun 2020 pada sebuah laman sosial media saat pertama kali akan menulis tapi gagal untuk diposting) 2020 menjadi tahun paling menguji buat saya. saya yang tidak pernah menyangka akan kehilangan banyak orang, saya yang tidak pernah menyangka akan dibenturkan habis-habisan, akhirnya merasakan apa itu kehilangan, apa itu perubahan, apa itu people come and go . banyak orang yang harus tereliminasi dengan sendirinya, banyak hal yang harus saya pelajari lagi, dan banyak hal yang dulunya saya pikir "ah aman aja ini" ternyata cukup membuat sakit. 2020 mungkin bukan cuma tahun kepahitan tersendiri bagi saya, sosial media memberikan bukti bahwa ada banyak orang diluar sana yang juga hancur ditahun itu.  tapi 2020 juga menjadi tahun pertama saya untuk memulai tulisan pertama, namun setelah berkali-kali bimbang ditengah fase 'belum sembuh' itu saya memilih untuk "sembuh dulu deh baru nulis". 4 tahun berlalu, sekarang saya mengerti, kenapa 4 tahun ...

Abu-abu

Gambar
Apa kabarnya bunga matahari mu, tuan? banyak insan menanyakan perasaan kemarin perasaan yang tidak pernah menemukan titik pengakuannya  terkunci rapat, tanpa suara, dan tersembunyi Akulah penjahatnya menyamarkan warna indah itu hingga berubah menjadi abu-abu, suram, dan tak jelas tuan muda itu pernah menawarkan warna baru namun ragu menyerang, seolah tetap warna abu-abu yang ku lihat dan ya, kita membisu, lagi Senja merindukan puisi yang ku tulis  namun kata ku, objek favorit ku tak kunjung terlihat lagi Sampaikan pada malam, tulisan senduh ini, ku tulis dibawah langit gelapnya.

"Hai"

Gambar
Cerita kemarin belum selesai, ku pikir semesta membawa mu jauh, namun untuk kesekian kalinya kau mengirim pesan manis mu lagi. aneh, seharusnya kebencian yang menyambut mu namun mengapa perasaan bahagia yang hadir.  kau pernah berkata, akan melindungi ku tapi sekarang, aku tak melihat sayap pelindung itu. sudahkah kau berikan padanya? gadis asing yang kau temui ditengah ketidaktahuan ku. aku gagal membenci mu, tuan. luka itu menghadirkan beribu kasih yang enggan mati kau selalu menang. kau selalu mendapatkan jalan mu untuk pulang. sialnya, rumah mu bukan aku. kita yang dulu berapi-api kini padam tanpa sisa malam dan senja menanyakan mu. kapan bercerita lagi, katanya